Minggu, 05 Mei 2013

Suri Dan Boneka Barunya

dongen anak nusantara
http://fitrisblog.wordpress.com
Suri belum jelas berbicara, karena dia belum bisa menyebutkan “R” dia biasa mengucapkannya dengan “L” saja. Meski demikian, Suri banyak sekali berbicara. Dia memang suka meniru orang-orang dewasa. Tingkah dan obrolan Suri  sering sekali membuat orang-orang merindukannya.
Suatu ketika, Suri dan Bunda Inge pergi ke minimarket. Keluarga Suri biasa pergi kesana setiap hari minggu sore. Mereka memang biasa belanja  minyak goreng, gula, beras, peralatan mandi dan kebutuhan yang lainnya satu kali dalam seminggu.  Selain itu, Bunda Inge selalu belanja sayuran setiap pagi, tapi untuk sayuran itu, Bunda Inge tidak berbelanja di minimarket. Karena setiap pagi selalu ada tukang sayur yang lewat di depan rumahnya.
Suri sangat senang jika di ajak berbelanja, karena sesekali Bunda Inge membelikan mainan baru untuk Suri. Bahkan bunda Inge juga sering membelikan permen, walaupun dengan aturan yang ketat. Suri hanya boleh makan permen satu buah saja dalam satu hari.
***
anak nusantara
http://grou.ps/includes/
Ketika tiba di Minimarket, Suri terlihat senang sekali. Matanya langsung tertuju pada barisan mainan anak-anak. Disana ada boneka boneka Barbie dan boneka yang lainnya. Yang paling Suri suka adalah boneka hewan seperti kucing, Komodo, Orang Utan dan Harimau.
Suri memang tidak punya kucing di rumahnya. Tapi Suri memiliki tiga boneka kucing. Yang paling besar di beri nama si Item, sedangkan yang kecil diberi nama  Mela dan Utih.
“Bunda!”
Suri berkata sambil menepuk tangan Bunda Inge. Saat Bunda Inge melihat ke arah Suri, seketika itupun Suri menunjuk pada barisan boneka yang ada di depannya. Suri menunjuk dengan jarinya yang belum sempurna lurus, tapi dengan jelas terlihat bahwa pandangannya tertuju pada barisan boneka itu. Bunda Inge kemudian berkata.
“Iya nanti kalo sudah selesai belanja, baru kita mencari boneka baru ya”
Bunda Inge berkata sambil mengambil troli untuk menyimpan barang belanjaannya. Suri tersenyum, dia pasti akan mengingat itu, bahwa Bunda Inge akan membelikannya Boneka baru.
“Asiiiik! Suli dapat boneka balu”
Suri bertepuk tangan sambil lonjak-lonjak, rambutnya yang di ikat satu ke atas  bergoyang-goyang. Suri suka dengan gaya rambut itu, karena dia bisa melihat rambutnya di cermin berdiri ke atas.  Sesekali Suri juga berdiri dan memperhatikan rambutnya, ketika dia berada di depan cermin yang ada di minimarket itu. Dia melihat rambutnya sambil gerakkan kepalanya ke kiri dan ke kanan.
Suri mengikuti Bunda Inge yang  berjalan sambil mendorong troli. Biasanya, jika terlalu lelah berjalan, Suri biasa dinaikan juga ke dalam troli. Tapi karena baru datang, Suri masih ingin berjalan kaki saja. Suri lebih senang bejalan kaki, karena bisa melihat dan bertanya tentang barang barang yang ada disana.
Selama berbelanja, Suri banyak bertanya tentang barang yang dilihatnya. dia juga melihat beberapa coklat yang berwarna warni.
“Bunda, itu ada tulisannya tidak”
Suri berkata sambil menunjuk ke sebuah coklat besar berwarna merah muda. Bunda Inge menoleh ke arah Suri kemudian melihat ke arah yang di tunjuk Suri. Kemudian dia mengambil coklat itu dan membaca beberapa tulisan di kemasannya.
“Ini tidak ada tulisan larangan untuk anak-anak. Tapi Suri tidak boleh makan ini ya, karena nanti giginya bisa rusak. Mau gak nanti giginya ompong semua kayak nenek-nenek?” Bunga Inge berkata sambil memperagakan memakan sesuatu yang terlihat kerepotan. Karena tidak memiliki gigi.
“Iiiih!  Nga mau”
Suri berkata sambil menutup mulutnya, kemudian Bunda inge menyimpan lagi coklat besar yang dipegang itu ke tempatnya yang semula. Bunda Inge memang tidak pernah membohongi Suri dengan tulisan yang ada disana. Tapi Bunda Inge selalu memberikan pengertian agar Suri tidak suka makan makanan yang merugikan kesehatannya.
“Suli Nda mau nanti kayak nenek gak bica makan kelupuk, nenek sudah gak ada giginya. Atuuut!” Suri berkata lagi sambil memonyongkan bibirnya.
***
Selama berbelanja Suri suka berlari lari melihat beberapa barang yang menurutnya aneh. Sesekali dia juga menari nari jika ada suara musik yang dikenalnya diputar di minimarket itu. Dia mengikuti gerakan gerakan yang pernah di tonton di televisi.
Jika melihat Suri menari, Bunda Inge selalu tersenyum dan memalingkan wajah untuk  berpura-pura tidak melihatnya, Bunda Inge juga tidak menegurnya, karena jika tau Bunda Inge memperhatikan, Suri akan terus menari hingga lagunya selesai.
Setelah semua barang belanjaan yang ada di daftar selesai di bawa, kemudian Bunda Inge menuju ke kasir untuk membayar. Kini Suri sudah berada dalam troli bersama dengan barang belanjaan yang lain. Karena Suri sudah lelah dari tadi berjalan jalan.
“Bunda lupa ya? Kan Suli belum ambil itu” Suri menujuk ke arah boneka yang sejak pertama datang tadi dimintanya. Suri memang masih mengingat bahwa Bunda Inge telah berkata akan membelikannya boneka jika telah selesai berbelanja.
Bunda Inge kemudian mendorong troli itu mendekati barisan boneka yang di pajang. Suri hanya memilih satu boneka kucing belang, coklat dan hitam.
“Ini namanya Sibelang, Suli kasian si Utih dan Mela gak punya papa. Ini papanya ya Bunda”
Bunda Inge tersenyum mendengar perkataan Suri. Memang boneka Suri saat ini hanya tiga, Si item yang jadi ibunya, sedangkan Mela dan Utih anaknya. Suri senang memainkan mereka hingga dia merasa ngantuk, Dan kerapkali  tertidur dengan ketiga boneka itu di sisi kiri dan kanannya .
Bunda Inge kembali mendorong troli. Suri memeluk boneka itu dengan perasaan senang. Bahkan ketika kasir ingin mengecek harganyapun, Suri tidak tidak mau memberikan boneka kucing itu, sehingga kasir itu cukup kewalahan untuk mengetahui harganya. Bertuntunglah Bunda Inge bisa menjelaskan bahwa Tante kasir itu hanya meminjam untuk melihat harganya saja.
Setelah selesai membayar semua barang itu, Bunda Inge dan Suri kemudian pulang. Suri masih memeluk boneka baru yang sangat di sukainya. Sepanjang perjalanan, Suri memainkan boneka yang dipanggil si belang itu.
“Belang, kamu jangan sedih ya. Kamu akan senang, kalena  Mela dan si Utih sudah menunggu di lumah. Meleka lagi memasak untuk menyambut kedatanganmu”
Suri berkata sambil mengelus si belang, kemudian dia seolah mengusap mata dan pipi si belang, solah olah boneka itu sedang menangis. Disela konsentrasinya menyetir mobil, Bunda Inge menoleh sambil terseyum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar