Sabtu, 11 Mei 2013

Hujan Bosan

Sabtu, 11 Maret 2013

Gambar diambil dari sini

Uno bersandar di dekat jendela, memandang ke luar. Hujan dari tadi malam tidak berhenti. Padahal ini hari Minggu. Uno sudah mandi, sudah sarapan sup makaroni hangat buatan Ibu. Ayah dan Ibu sedang pergi ke pesta pernikahan anak teman Ayah. Jadi Mimi dan Uno berdua saja di rumah.
Harusnya hari libur begini bisa asik main di luar. Main bola, main tanah, memanjat pohon. Apa saja. Uno ingin main hujan-hujanan. Tapi Ibu tidak mengijinkan, karena kali ini hujan berpetir. Berbahaya kalau main di luar, bisa tersambar petir.
Rasanya sudah berjam-jam Uno diam di dekat jendela, ternyata jam baru berputar 30 menit!
“Aaaaaah.....!” Uno mengeluh sambil menjatuhkan diri di sofa.
“Bosan  bosan bosaaaaan....!” teriaknya.
“Uno berisiiik...” bisik Mimi yang sedang membaca komik di dekatnya.
“Aku bosan Mimi... dari kemarin hujan terus. Bengong jadinya. Mau ini nggak bisa mau itu nggak bisa...”
Mimi mengulurkan komik kepada Uno. Uno menepiskan tangan, “Lagi ngga pengen baca komik.”
Mimi meletakkan komiknya, “Iya nih, aku juga mulai bosen baca komik. Enaknya ngapain lagi ya...”
Sekarang keduanya berbaring di karpet, berbantal tangan, memandang langit-langit rumah. Diam.
Tiba-tiba Uno merasa ada yang menarik-narik jempol kakinya.
“Mimi jangan usil ah...” katanya sambil mengibaskan kakinya.
“Apa sih? Aku nggak ngapa-ngapain...”
Mimi dan Uno duduk dan melihat seekor tikus kecil yang lucu. Anehnya, dia tidak merangkak seperti umumnya tikus, dia berdiri seperti manusia. Kaki depannya jadi terlihat seperti tangan. Tangan kanannya bertolak pinggang, tangannya kirinya melambai kecil, memberi tanda kepada Mimi dan Uno untuk mengikutinya.
Mimi dan Uno bangkit perlahan mengikuti tikus  kecil itu. Dia berjalan ke arah kamar Uno. Uno membukakan pintu, lalu bertiga mereka  masuk ke dalam kamar. Si tikus menunjuk handuk yang tergeletak di lantai. Uno mengambilnya. Tikus itu lalu menunjuk sepatu Uno yang tergeletak di kasur, hanya sebelah. Uno mengambilnya. “Hm... yang sebelah lagi ke mana ya?” pikirnya. Si Tikus melompat ke sana ke mari, menunjukkan berbagai benda yang tergeletak tidak pada tempatnya. Mobil-mobilan di kolong meja. Kotak susu yang sudah kosong di kolong kasur. Gelas. Mangkok. Baju seragam kemarin. Buku pelajaran. Semua tersebar di segala penjuru kamar.
Tangan Uno sudah tak bisa lagi memegang semuanya. Dia letakkan semua di tengah kamar.
“Ah... aku mau bereskan semua barang-barang tak beraturan ini...” katanya.
Si Tikus lalu memberi tanda kepada Mimi untuk mengikutinya. “Kamarku rapi, mau apa tikus ini di  kamarku?” pikir Mimi.
Ternyata Si Tikus tidak menuju kamar Mimi, dia malah menuju ke dapur! Dia melompat ke rak dekat jendela, di situ Ibu menyimpan beberapa buku resep praktis. Si Tikus menunjuk satu buku, Mimi mengambilnya.  “Membuat Aneka Kue untuk Pemula.”
Mimi duduk di kursi dan mulai membuka-buka. Hm... membuat kue keping coklat sepertinya mudah. Mimi membuka lemari dapur dan mencari-cari yang dibutuhkan. Tepung terigu... bubuk coklat... mentega... gula... Hm... telur dan keping coklat ada atau tidak ya?
Mimi membuka kulkas dan menemukan yang dicarinya. Dia melirik ke Si Tikus yang berdiri bersandar di kusen jendela sambil melipat tangan. Matanya mengerling ke arah Mimi. Mimi tersenyum dan mulai mengambil peralatan untuk membuat kue.
***
Hari sudah sore. Hujan sudah berhenti. Tapi Mimi dan Uno sedang tidak ingin keluar. Mereka duduk di kamar Uno yang rapi, sambil menikmati kue bikinan Mimi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar