Minggu, 05 Mei 2013

Balada Petani Miskin

Penulis: Christie Damayanti dan Valentino |Editor: Afandi

Suatu ketika di belahan waktu lalu, hiduplah seorang petani yang sangat sederhana. Petani itu bernama pak Slamet. Pak Slamet  tinggal bersama istri dan anak-anaknya. Pak Slamet adalah seorang yang sangat baik hati dan tidak sombong. Sekalipun mereka hanya tinggal di sebuah gubuk kecil diatas tanah yang sempit, mereka tidak pernah mengeluh. Mereka hidup bahagia dan saling membantu.

Pak Slamet suka sekali membantu orang lain yang sedang mengalami kesusahan. Jika ada tetangga atau penduduk desa yang jatuh sakit atau tertimpa musibah, Pak Slamet selalu bersedia menolong. Pak Slamet tidak pernah membeda-bedakan orang jika ingin membantu. Bahkan ketika ada tetangganya yang jatuh sakit di malam hari, Pak Slamet tak ragu-ragu untuk segera menolongnya mengantar ke puskesmas. Karena sikap yang ringan tangan itu, pak Slamet disukai oleh hampir seluruh penduduk desa.



)

Tapi ada satu orang yang sangat membenci Pak Slamet, dia adalah pak Karjo, tetangga sebelah rumah pak Slamet. Pak Karjo adalah seorang yang sangat malas. Karenanya setiap kali panen, hasil yang ia peroleh tak sebanyak pak Selamet yang rajin. Pendapatan  yang ia peroleh setiap tahunnya selalu lebih sedikit dari pak Slamet.

Dikarenakan terbakar perasaan iri hati dan cemburu terhadap keberhasilan pak Slamet, akhirnya sehari sebelum musim panen tiba, pak Karjo membakar sawah milik pak Slamet ketika ia sedang tidur nyenyak di waktu malam. Sungguh beruntung malam itu ada beberapa orang tetangga pak Slamet yang melihat peristiwa kebakaran itu, segera membangunkan pak Slamet lalu kemudian mereka berusaha memadamkan api yang hampir membesar itu bersama-sama, sehingga sawah milik pak Slamet berhasil diselamatkan, walau sebagian besar hasil panennya ikut terbakar.

Sawah pak Slamet terbakar

Pak Slamat mendapat informasi mengenai orang yang telah membakar sawahnya itu dari tetangga yang telah menolong dirinya. Tetapi pak Slamet tidak ingin mencari keributan dengan pak Karjo, dia telah mengampuni pak Karjo atas perbuatannya tersebut.

Tahun itu, Pak Slamet berhasil menjual sisa panen yang berhasil diselamatkannya dengan harga yang cukup lumayan. Tetapi ia tidak bisa mendapatkan keuntungan yang banyak karena sebagian besar hasil panennya telah terbakar. Walau dengan berat hati, pak Slamat berusaha menerimanya dengan ikhlas.

Pada suatu malam, ketika pak Slamet sedang tidur nyenyak, tiba-tiba ia terbangun karena mendengar suara seorang laki-laki yang sedang menangis. Pak Slamet langsung mencari sumber suara tersebut dan menemukan pak Karjo sedang memeluk anaknya yang sedang sakit parah sambil meratap. Melihat hal itu pak Selamet langsung pergi untuk mencari dokter desa agar dapat segera menolong anak pak Karjo yang sedang sakit parah itu.

Tetapi apa mau dikata, ternyata dokter desa itu tidak sanggup untuk mengobati anak pak Karjo karena persediaan obat-obatan di desa sangat terbatas. Akhirnya, tanpa memperdulikan hari masih malam, pak Selamet segera menyiapkan kudanya untuk pergi ke kota mencari rumah sakit terdekat. Jarak tempuh rumah sakit itu sekitar 10 km. Akhirnya pak selamet berhasil mencari dokter yang lebih berpengalaman dan anak pak Karjo berhasil diselamatkan.

Sehari setelah kejadian itu, pak Karjo pergi menemui pak Slamet di gubuknya dan mulai menangis sedih. Dia mengakui kesalahannya yang telah membakar kebun milik pak Slamet dan memohon maaf atas perbuatannya tersebut. Betapa terkejutnya ia ketika ia tau bahwa pak Selamet telah mengetahui perbuatannya itu.

“Kau tahu bahwa aku telah membakar kebunmu, tetapi kau masih mau mencarikan dokter untuk anakku??”, tanya pak Karjo keheranan. Pak Selamet mengangguk dan berkata, “Aku hanya melakukan apa yang harus kulakukan. Jika orang lain melakukan kesalahan, bukan berarti aku harus membalasnya bukan?”. Pak Karjo segera berdiri dan memeluk pak Selamet sambil mengucapkan terima kasih atas semua kebaikkan pak Selamet. Semua orang yang menyaksikan kejadian tersebut menjadi sangat terharu.

Sejak  kejadian itu, Pak Karjo menjadi berubah. Ia tidak lagi bermalas-malasan, sehingga ketika musim panen berikutnya tiba, ia bisa menghasilkan banyak keuntungan melalui kerja kerasnya.
Ketika banyak orang  bertanya bagaimana dia telah berubah begitu banyak, ia hanya menjawab,”Itu adalah berkat kebaikan dan kasih yang diberikan pak Selamet sehingga saya menjadi sadar dan berubah.”

Petani yang baik

“Jika kita selalu berbuat baik, kepada semua orang, terlebih kepada muuh kita, niskaya kebaikkan yang kita tabor, akan menjadi berkat bagi orang banyak”.
——-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar