Sabtu, 11 Mei 2013

Misteri Kaos Kaki

Sabtu, 11 Maret 2013

Blue socks Royalty Free Stock Vector Art Illustration
Matahari cerah. Burung-burung yang tinggal di hutan belakang rumah bertengger di pohon pinisium, berkicau menyapa hari. Pagi masih dengan kesibukan yang sama. Mimi dan Uno sudah selesai mandi dan sarapan. Mimi menunggu di pintu pagar. Uno masih di dalam, entah sedang apa.

"Uno...! Ayo....!"
"Iyaaaa... sebentar...!"

Tapi Uno tak kunjung muncul. Mimi kembali ke rumah. Uno sedang mengaduk-aduk keranjang cucian.

"Uno... kamu ngapain?" tanya Mimi.

Uno menunjuk kakinya. Yang kanan memakai kaos kaki. Yang kiri masih telanjang.

"Kaos kakiku cuma sebelah..."
"Ya sudah pakai kaos kaki yang lain saja. Ayo, nanti kita terlambat."
"Tapi semua kaos kakiku tinggal sebelah, Mimi. Tidak ada yang lengkap sepasang."

Uno menunjukkan lima kaos kaki yang dijejer di samping keranjang. Semuanya tinggal sebelah.

"Ha? Kok bisa? Jadi gimana nih?"

Akhirnya Uno memakai sepasang kaos kaki yang tidak sepasang. Keduanya berwarna putih, tapi panjangnya berbeda. Yang kanan selutut, yang kiri setengah lutut. Agar tidak terlihat berbeda, Uno menarik bagian depan kaos kaki yang panjang, lalu dilipat di dalam sepatu, seperti saran Mimi.

"Yah, lumayan..." kata Uno sambil nyengir.

Di perjalanan menuju sekolah, mereka membahas lagi kaos kaki yang hilang sebelah.

"Kenapa kaos kakimu bisa hilang sebelah semuanya, Uno?" tanya Mimi.
"Aku tidak tahu. Aneh sekali kan?"
"Mungkin yang sebelah tersangkut di mesin cuci?"
"Mungkin..."
"Tapi kok semua tersangkut sebelah?"

Uno berhenti sejenak, "Mungkin... mungkin... wah, gawat!"
"Kenapa?" Mimi penasaran.
"Mungkin di dalam mesin cuci ada monster kaos kaki. Dia suka mengambil sebelah kaos kaki, lalu membawanya ke luar angkasa..." Uno memutar-mutar kepalanya sambil mendongak dan menunjuk ke langit.
"Ah... lalu kenapa cuma kaos kakimu yang diambil? Punyaku masih utuh semua."
Mereka kembali berjalan.
"Yah... mungkin... kaos kakimu tidak terlalu kotor seperti punyaku. Padahal monster itu suka kaos kaki yang kotor..." Uno mencoba mencari penjelasan.

Keduanya tertawa sambil melanjutkan perjalanan ke sekolah.

***

Siang saatnya pulang. Mimi berjalan beriringan dengan Naia. Uno berjalan di depannya, sambil bercerita seru membahas permainan di sekolah tadi bersama Radhi, Fathir dan Sapta. Uno berjalan tanpa sepatu, sepatunya dijinjing dengan tangan kiri. Tangan kanannya mengacung-acung ke depan ke belakang. Teman-temannya tertawa melihat tingkah Uno.  Apa lagi ketika tangan kirinya mulai  ikut beraksi. Sebuah kaos kaki terlempar. Mereka tertawa semakin keras.

Mimi yang melihat hal itu berseru, "Uno!"

Uno terdiam. Radhi, Fathir dan Sapta ikut terdiam. Mereka memandang ke arah Mimi.

"Itu lihat!" Mimi menunjuk sebelah kaos kaki yang terlempar ke jalan. Uno memungutnya.
"Kenapa sih, kamu harus lepas sepatu seperti itu?" tanya Mimi.
"Kan tadi Uno dan teman-teman menunggu Mimi keluar kelas sambil main tanah. Ngga enak kalau pakai sepatu. Nanti sepatunya juga jadi kotor. Makanya Uno lepas sepatu saja. Tapi kalau mau dipakai, kaki Uno sekarang kotor. Jadi mending sepatunya dijinjing aja..."

Mimi melihat ke arah Radhi, Fathir dan Sapta. Semua juga begitu. Telanjang kaki, dan sepatunya dijinjing.

"Tapi kaos kakimu jatuh, dan kamu tidak tahu. Pantas saja, kaos kakimu banyak yang hilang. Coba kalian, lihat apa kaos kakinya masih ada?" Mimi memeriksa sepatu teman-teman Uno.

Kaos kaki Fathir dan Radhi  masih ada. Tapi punya Sapta malah tidak ada dua-duanya.

"Wah, kayanya kaos kakiku ketinggalan di dekat ayunan!"

Mimi menggeleng-geleng. Sapta berlari kembali ke sekolah mengambil kaos kakinya. Uno membenamkan kaos kakinya lebih dalam ke sepatu, agar tidak jatuh ketika dibawa berjalan. Setelah Sapta datang, mereka berjalan pulang.

"Makhluk luar angkasa di dalam mesin cuci, hah?" tanya Mimi kepada Uno. Uno tertawa.
"Hah? Apa? Makhluk luar angkasa di mesin cuci kalian? Ada? Apa yang dia lakukan?" tanya teman-teman Uno beruntun.

Uno mulai membual tentang makhluk misterius yang suka mengambil sebelah kaos kaki yang tersangkut di mesin cuci. Hanya kaos kaki yang sangat kotor, itu sebabnya mereka tidak suka mengambil kaos kaki Mimi. Semua tertawa mendengar cerita Uno, sekaligus mentertawakan Uno yang ternyata kaos kakinya panjang sebelah.

Mulai sekarang, Uno akan berhati-hati membawa kaos kakinya pulang, jika dia lepas ketika bermain sepulang sekolah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar