Suri belum jelas berbicara, karena dia
belum bisa menyebutkan “R” dia biasa mengucapkannya dengan “L” saja.
Meski demikian, Suri banyak sekali berbicara. Dia memang suka meniru
orang-orang dewasa. Tingkah dan obrolan Suri sering sekali membuat
orang-orang merindukannya.
Suatu ketika, Suri dan Bunda Inge pergi
ke minimarket. Keluarga Suri biasa pergi kesana setiap hari minggu sore.
Mereka memang biasa belanja minyak goreng, gula, beras, peralatan
mandi dan kebutuhan yang lainnya satu kali dalam seminggu. Selain itu,
Bunda Inge selalu belanja sayuran setiap pagi, tapi untuk sayuran itu,
Bunda Inge tidak berbelanja di minimarket. Karena setiap pagi selalu ada
tukang sayur yang lewat di depan rumahnya.
Suri sangat senang jika di ajak
berbelanja, karena sesekali Bunda Inge membelikan mainan baru untuk
Suri. Bahkan bunda Inge juga sering membelikan permen, walaupun dengan
aturan yang ketat. Suri hanya boleh makan permen satu buah saja dalam
satu hari.
***
Ketika tiba di Minimarket, Suri terlihat
senang sekali. Matanya langsung tertuju pada barisan mainan anak-anak.
Disana ada boneka boneka Barbie dan boneka yang lainnya. Yang paling
Suri suka adalah boneka hewan seperti kucing, Komodo, Orang Utan dan
Harimau.
Suri memang tidak punya kucing di
rumahnya. Tapi Suri memiliki tiga boneka kucing. Yang paling besar di
beri nama si Item, sedangkan yang kecil diberi nama Mela dan Utih.
“Bunda!”
Suri berkata sambil menepuk tangan Bunda
Inge. Saat Bunda Inge melihat ke arah Suri, seketika itupun Suri
menunjuk pada barisan boneka yang ada di depannya. Suri menunjuk dengan
jarinya yang belum sempurna lurus, tapi dengan jelas terlihat bahwa
pandangannya tertuju pada barisan boneka itu. Bunda Inge kemudian
berkata.
“Iya nanti kalo sudah selesai belanja, baru kita mencari boneka baru ya”
Bunda Inge berkata sambil mengambil
troli untuk menyimpan barang belanjaannya. Suri tersenyum, dia pasti
akan mengingat itu, bahwa Bunda Inge akan membelikannya Boneka baru.
“Asiiiik! Suli dapat boneka balu”
Suri bertepuk tangan sambil
lonjak-lonjak, rambutnya yang di ikat satu ke atas bergoyang-goyang.
Suri suka dengan gaya rambut itu, karena dia bisa melihat rambutnya di
cermin berdiri ke atas. Sesekali Suri juga berdiri dan memperhatikan
rambutnya, ketika dia berada di depan cermin yang ada di minimarket itu.
Dia melihat rambutnya sambil gerakkan kepalanya ke kiri dan ke kanan.
Suri mengikuti Bunda Inge yang berjalan
sambil mendorong troli. Biasanya, jika terlalu lelah berjalan, Suri
biasa dinaikan juga ke dalam troli. Tapi karena baru datang, Suri masih
ingin berjalan kaki saja. Suri lebih senang bejalan kaki, karena bisa
melihat dan bertanya tentang barang barang yang ada disana.
Selama berbelanja, Suri banyak bertanya tentang barang yang dilihatnya. dia juga melihat beberapa coklat yang berwarna warni.
“Bunda, itu ada tulisannya tidak”
Suri berkata sambil menunjuk ke sebuah
coklat besar berwarna merah muda. Bunda Inge menoleh ke arah Suri
kemudian melihat ke arah yang di tunjuk Suri. Kemudian dia mengambil
coklat itu dan membaca beberapa tulisan di kemasannya.
“Ini tidak ada tulisan larangan untuk
anak-anak. Tapi Suri tidak boleh makan ini ya, karena nanti giginya bisa
rusak. Mau gak nanti giginya ompong semua kayak nenek-nenek?” Bunga
Inge berkata sambil memperagakan memakan sesuatu yang terlihat
kerepotan. Karena tidak memiliki gigi.
“Iiiih! Nga mau”
Suri berkata sambil menutup mulutnya,
kemudian Bunda inge menyimpan lagi coklat besar yang dipegang itu ke
tempatnya yang semula. Bunda Inge memang tidak pernah membohongi Suri
dengan tulisan yang ada disana. Tapi Bunda Inge selalu memberikan
pengertian agar Suri tidak suka makan makanan yang merugikan
kesehatannya.
“Suli Nda mau nanti kayak nenek gak bica
makan kelupuk, nenek sudah gak ada giginya. Atuuut!” Suri berkata lagi
sambil memonyongkan bibirnya.
***
Selama berbelanja Suri suka berlari lari
melihat beberapa barang yang menurutnya aneh. Sesekali dia juga menari
nari jika ada suara musik yang dikenalnya diputar di minimarket itu. Dia
mengikuti gerakan gerakan yang pernah di tonton di televisi.
Jika melihat Suri menari, Bunda Inge
selalu tersenyum dan memalingkan wajah untuk berpura-pura tidak
melihatnya, Bunda Inge juga tidak menegurnya, karena jika tau Bunda Inge
memperhatikan, Suri akan terus menari hingga lagunya selesai.
Setelah semua barang belanjaan yang ada
di daftar selesai di bawa, kemudian Bunda Inge menuju ke kasir untuk
membayar. Kini Suri sudah berada dalam troli bersama dengan barang
belanjaan yang lain. Karena Suri sudah lelah dari tadi berjalan jalan.
“Bunda lupa ya? Kan Suli belum ambil
itu” Suri menujuk ke arah boneka yang sejak pertama datang tadi
dimintanya. Suri memang masih mengingat bahwa Bunda Inge telah berkata
akan membelikannya boneka jika telah selesai berbelanja.
Bunda Inge kemudian mendorong troli itu
mendekati barisan boneka yang di pajang. Suri hanya memilih satu boneka
kucing belang, coklat dan hitam.
“Ini namanya Sibelang, Suli kasian si Utih dan Mela gak punya papa. Ini papanya ya Bunda”
Bunda Inge tersenyum mendengar perkataan
Suri. Memang boneka Suri saat ini hanya tiga, Si item yang jadi ibunya,
sedangkan Mela dan Utih anaknya. Suri senang memainkan mereka hingga
dia merasa ngantuk, Dan kerapkali tertidur dengan ketiga boneka itu di
sisi kiri dan kanannya .
Bunda Inge kembali mendorong troli. Suri
memeluk boneka itu dengan perasaan senang. Bahkan ketika kasir ingin
mengecek harganyapun, Suri tidak tidak mau memberikan boneka kucing itu,
sehingga kasir itu cukup kewalahan untuk mengetahui harganya.
Bertuntunglah Bunda Inge bisa menjelaskan bahwa Tante kasir itu hanya
meminjam untuk melihat harganya saja.
Setelah selesai membayar semua barang
itu, Bunda Inge dan Suri kemudian pulang. Suri masih memeluk boneka baru
yang sangat di sukainya. Sepanjang perjalanan, Suri memainkan boneka
yang dipanggil si belang itu.
“Belang, kamu jangan sedih ya. Kamu akan
senang, kalena Mela dan si Utih sudah menunggu di lumah. Meleka lagi
memasak untuk menyambut kedatanganmu”
Suri berkata sambil mengelus si belang,
kemudian dia seolah mengusap mata dan pipi si belang, solah olah boneka
itu sedang menangis. Disela konsentrasinya menyetir mobil, Bunda Inge
menoleh sambil terseyum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar