Penulis : Princess E Diary
Putri tertunduk lesu sepanjang perjalanan pulang dari sekolah.
Itu adalah sebuah keadaan yang sangat mengherankan bagi setiap mata yang memandang, pemandangan tidak biasa ini.
Putri yang terkenal sebagai anak ceria
berkepang dua. Murid sekolah dasar kelas 5 itu, biasanya berjalan sambil
bernyanyi kecil dan selalu tersenyum menyapa tiap orang yang ditemuinya
sepanjang jalan pulang.
Pasti ada sesuatu hal yang benar-benar
mengganggu pikirannya kalau senyum ceria itu hilang dari wajahnya.
Demikian pikiran dari orang-orang yang kebetulan melihat tingkah aneh si
putri.
“Putri, makan dulu nak, sudah bunda
siapkan makanan kesukaanmu,” panggil Bunda saat melihat putri yang tidak
keluar dari kamarnya setelah pulang dari sekolah.
“Putri tidak lapar, Bunda,” sahut putri dari dalam kamar.
Bunda langsung merasa ada yang tidak
beres. Naluri keibuannya mengatakan pasti ada sesuatu yang menimpa Putri
sampai dia tidak memiliki nafsu makan. Apalagi setelah tadi sempat
sekilas melihat wajah murung dari Putri sewaktu sampai dirumah.
“Putri, boleh bunda masuk?” tanya bunda sambil mengetuk pintu kamar.
“Masuk saja, bunda, nggak dikunci kok,” sahut putri pelan.
Membuka pintu kamar dan mengambil tempat
disebelah putri di tepi tempat tidur, bunda mulai menanyai sambil
mengelus rambut putri.
“Ada apa Put? Ada masalah di sekolah? Putri tahu kan kalau putri bebas bercerita apa saja ke bunda. Bunda siap mendengarkan.”
“Hm… Nggak ada apa-apa kok Bunda. Hanya agak nggak enak badan saja,” elak Putri pelan.
“Kalau nggak enak badan malah harus
makan Put, terus minum obat, lalu tidur biar sembuh. Makan ya sekarang,
bunda suapin?” ajak bunda dengan kening berkerut cemas.
“Iya, Putri makan sekarang saja bunda,
tapi nggak usah minum obat ya, pahit,” jawab putri, sambil menganggukkan
kepala tanda setuju. Bunda menggandeng Putri keluar dari kamar.
Keesokan harinya…..
Putri bangun dengan agak malas, suara kicau burung di pohon depan jendela kamarnya membangunkannya.
Ah… Kenapa malam sudah berganti pagi… Andai saja hari ini tidak pernah ada…
Suara-suara ini terdengar riuh didalam kepala Putri, mencerminkan kegelisahan hatinya yang belum terselesaikan sejak kemarin.
Dengan tatapan kosong, putri melihat
keluar jendela, melihat seekor burung berkicau dengan riangnya,
bertengger di salah satu ranting pohon. Burung kecil itu seolah mengerti
ada yang memperhatikannya, dia mengepakkan sayapnya dan terbang ke
langit yang biru.
Ah…. Andai aku menjadi seekor burung, aku akan punya sayap yang bisa membantuku terbang dan lari dari hari ini…
Kembali Putri berkhayal.
“Putri, cepat mandi nak, nanti terlambat ke sekolah,” sayup-sayup suara bunda terdengar.
“Cuitt…. Cuitt… Cuittt….”
Ada apa dengan diriku? Kenapa aku
tidak bisa berkata “iya” malah mengeluarkan suara aneh seperti kicau
burung?? Ah… Kamar ini kenapa mendadak jadi besar sekali? Kaki tempat
tidurku yang biasanya hanya seukuran lututku tingginya kenapa bisa
diatas kepalaku sekarang tingginya?!
“Cuittt…. Plak…. Plak… Cuitttt…”
Hei… Aku sekarang punya sayap! Aku bisa terbang! Wah…. Ringan sekali tubuhku.
Sambil kegirangan, Putri mencoba sayap
barunya. Pertama hanya berputar-putar didalam kamar saja. Akhirnya
langit biru diluar kamar menggodanya untuk mencoba terbang lebih tinggi.
Sambil mengepakkan sayapnya lebih kencang, Putri yang telah berubah
menjadi burung itupun terbang ke langit bebas.
Berada di atas udara yang segar, terbang bermain diantara awan yang cantik bagai gumpalan kapas membuat putri kegirangan.Ah… Betapa bahagianya menjadi seekor burung. Tidak ada yang dipikirkan kecuali terbang bebas di angkasa.
Tak terasa Putri pun terbang lebih jauh lagi, ke arah perkebunan kopi milik juragan Asal.
Putri yang aslinya adalah seorang anak yang bersemangat, setelah menjadi seekor burung membuat semangat itu berlipat ganda.
Setelah terbiasa terbang datar, dia mulai belajar terbang menukik, miring, dan bahkan terbang terbalik. Semua gaya dicoba olehnya dengan semangat tinggi. Ini adalah pengalaman baru yang menyenangkan baginya.
Bunda dan semua orang di kehidupan manusianya sejenak terlupakan olehnya. Hal yang wajar saat orang mendadak memiliki kemampuan super, membuat dia lupa diri. Itulah yang dialami putri sekarang.
Sampai suatu saat sebuah bunyi menyentakkan dirinya dan kembali rasa takut itu muncul setelah sempat terlupakan sejenak.
Bunyi apakah itu?
Dorrr…. Dorrr…. Dorrrr…..
Suara peluru mengoyak ketenangan langit di pagi ini.
Putri terkejut, sejenak dia kebingungan mau lari ke arah mana, hanya mampu mengepakkan sayap dengan panik.
“Ssttt…. Kesini! Ya kamu, kesini!” seekor burung kecil seukuran putri berteriak dari dahan pohon.
Putri sempat merasa aneh melihat seekor burung bisa berbicara, ah tapi bukankah dia sendiri sudah berubah menjadi burung pagi ini, seharusnya tidak ada lagi yang bisa membuatnya keheranan kan?
Terbanglah Putri menuju ke dahan pohon tersebut.
“Hai, terima kasih sudah memanggilku kesini,” sapa Putri.
“Iya. Aku melihat kamu kebingungan tadi. Kamu sungguh berani ya terbang di waktu pagi seperti ini. Tidak tahukah kamu? Pagi adalah waktu bagi Juragan Asal pemilik perkebunan ini untuk latihan menembak? Kamu bisa mati disana tadi,” geleng burung kecil teman baru putri.
“Oh, aku tidak tahu teman. Aku hanya merasa asyik terbang menikmati langit yang cerah ini.” Kata Putri.
“Melihat dari warna bulumu yang merah
muda, kelihatannya memang kamu bukan burung daerah ini. Dari manakah
asalmu teman?” tanya burung kecil itu lagi.
“Hm… dari sebelah perkebunan ini yang
pasti. Karena aku merasa belum jauh terbang meninggalkan rumah pagi
ini,” jawab Putri dengan hati-hati.
Ah… Lebih baik aku menjawab seperti
itu saja, daripada susah menjelaskan ke teman baruku ini bagaimana
sebuah keajaiban terjadi pagi ini, seorang manusia menjadi seekor
burung!
“Oh begitu ya. Sebenarnya satu saja yang
harus diingat teman, dimana pun kita berada kita harus cepat
beradaptasi, kalau tidak bisa celakalah kita! Aku tidak tahu bagaimana
situasi di daerah tempat tinggalmu. Tapi kalau disini langit bukanlah
sebuah area yang bebas untuk bermain setiap saat,” kata burung kecil itu
dengan serius.
“Oh, kenapa begitu? Padahal aku selalu
merasa menjadi seekor burung adalah sesuatu yang luar biasa, bisa bebas
bermain di langit yang luar biasa luas tanpa takut ada yang mengganggu,”
tanya Putri keheranan.
“Wah, kalau disini pagi adalah waktu
terlarang untuk terbang, karena itulah waktu yang dipilih oleh juragan
Asal untuk latihan menembak di perkebunan ini. Karena pagi tidak panas
oleh terik matahari. Akhirnya siang yang dipilih kami untuk terbang
mencari makan, meski menentang terik matahari, tapi itu masih lebih baik
daripada resiko kena peluru nyasar dari senapan juragan Asal,” burung
kecil itu menjelaskan dengan penuh semangat sambil mengangguk-anggukkan
kepalanya untuk menegaskan.
Ah…. Ternyata menjadi seekor burung yang aku pikir menyenangkan tidaklah seasyik kelihatannya… Tetap saja ada rasa takut…
“Hm… kenapa juragan Asal itu bisa bebas
menembak disini? Seharusnya burung-burung seperti kita ini dilindungi
bukan?” tanya Putri dengan gusar.
“Yah begitulah teman, begitulah manusia.
Karena juragan Asal adalah pemilik perkebunan ini, maka dia merasa
berhak atas segala sesuatunya, sampai langit diatas perkebunan ini
seolah menjadi miliknya juga. Jadi siapa pun yang terbang diatasnya
dianggapnya sebagai miliknya yang bisa dijadikan sasaran untuk latihan
menembak,” jawab burung kecil.
“Terus kamu tidak pernah berpikir untuk
terbang meninggalkan perkebunan ini kah teman? Mencari tempat baru yang
lebih aman untuk tinggal?” tanya Putri penasaran.
“Ah ada-ada saja kamu ini teman. Mau
terbang kemana? Burung jenis kami ini sudah lama tinggal di perkebunan
ini. Bahkan mungkin lebih lama lagi dari juragan Asal yang baru memiliki
perkebunan ini 7 tahun terakhir,” dengan gelinya burung kecil itu
menjawab.
“Lagipula mau pindah kemana saja tidak
akan lepas dari juragan-juragan Asal yang baru. Tahu sendiri bagaimana
sifat manusia, kurang lebih sama, hanya mementingkan diri sendiri tanpa
memedulikan bahwa ada mahluk hidup ciptaan Tuhan yang lain yang juga
memiliki hak hidup yang sama. Yang merusak keseimbangan alam ini
kebanyakan adalah manusia,” burung kecil ini menambahkan dengan sedih.
“Tapi, sampai kapan kamu akan bertahan
menghadapi masalah ini? Tidak inginkah kamu mendapatkan kehidupan yang
bebas dari semua masalah, bebas terbang kemana pun dan kapan pun kamu
inginkan?” desak Putri lagi.
“Ah teman, masalah itu akan selalu ada
dalam hidup. Terbang meninggalkan masalah bukanlah cara yang tepat.
Sampai sejauh mana sayapmu akan membawamu menghindari masalah? Hanya
akan membuatmu kelelahan apabila terus menghindari masalah. Masalah
harus dihadapi, itulah yang terbaik,” kata burung kecil.
Ah… Mendadak aku seperti digigit
semut, perkataan burung kecil ini menyadarkanku. Aku yang takut
menghadapi masalah dan berandai-andai menjadi seekor burung yang bisa
terbang bebas, ternyata disadarkan oleh seekor burung kecil! Ternyata
burung pun tak lepas dari masalah. Ah… Jadi ingin pulang…
Putri melihat ke kejauhan, dari dahan pohon yang lumayan tinggi ini dia bisa melihat jendela kamarnya di lantai 2.
“Teman, ini sudah siang. Aku harus pulang. Terima kasih sudah menemaniku,” pamit Putri ke teman barunya.
“Sama-sama. Hati-hati waktu terbang pulang ya. Selamat jalan,” kalimat terakhir yang aku dengar dari burung kecil itu.
Dengan bersemangat putri mengepakkan sayapnya, pulang, hanya itu yang berada di pikirannya saat ini!
Jendela kamar yang terbuka, seperti saat
Putri terbang meninggalkan kamar, memudahkan putri untuk mengepakkan
sayap dan masuk ke dalam kamar.
Seiring dengan desiran angin kepak sayap
Putri, saat itulah putri kembali berubah menjadi manusia duduk manis di
tepi tempat tidur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar