Sabtu, 11 Maret 2013
Matahari cerah. Burung-burung yang
tinggal di hutan belakang rumah bertengger di pohon pinisium, berkicau
menyapa hari. Pagi masih dengan kesibukan yang sama. Mimi dan Uno sudah
selesai mandi dan sarapan. Mimi menunggu di pintu pagar. Uno masih di
dalam, entah sedang apa.
"Uno...! Ayo....!"
"Iyaaaa... sebentar...!"
Tapi Uno tak kunjung muncul. Mimi kembali ke rumah. Uno sedang mengaduk-aduk keranjang cucian.
"Uno... kamu ngapain?" tanya Mimi.
"Kaos kakiku cuma sebelah..."
"Ya sudah pakai kaos kaki yang lain saja. Ayo, nanti kita terlambat."
"Tapi semua kaos kakiku tinggal sebelah, Mimi. Tidak ada yang lengkap sepasang."
Uno menunjukkan lima kaos kaki yang dijejer di samping keranjang. Semuanya tinggal sebelah.
"Ha? Kok bisa? Jadi gimana nih?"
Akhirnya Uno memakai sepasang kaos
kaki yang tidak sepasang. Keduanya berwarna putih, tapi panjangnya
berbeda. Yang kanan selutut, yang kiri setengah lutut. Agar tidak
terlihat berbeda, Uno menarik bagian depan kaos kaki yang panjang, lalu
dilipat di dalam sepatu, seperti saran Mimi.
"Yah, lumayan..." kata Uno sambil nyengir.
Di perjalanan menuju sekolah, mereka membahas lagi kaos kaki yang hilang sebelah.
"Kenapa kaos kakimu bisa hilang sebelah semuanya, Uno?" tanya Mimi.
"Aku tidak tahu. Aneh sekali kan?"
"Mungkin yang sebelah tersangkut di mesin cuci?"
"Mungkin..."
"Tapi kok semua tersangkut sebelah?"
Uno berhenti sejenak, "Mungkin... mungkin... wah, gawat!"
"Kenapa?" Mimi penasaran.
"Mungkin di dalam mesin cuci ada
monster kaos kaki. Dia suka mengambil sebelah kaos kaki, lalu membawanya
ke luar angkasa..." Uno memutar-mutar kepalanya sambil mendongak dan
menunjuk ke langit.
"Ah... lalu kenapa cuma kaos kakimu yang diambil? Punyaku masih utuh semua."
Mereka kembali berjalan.
"Yah... mungkin... kaos kakimu tidak
terlalu kotor seperti punyaku. Padahal monster itu suka kaos kaki yang
kotor..." Uno mencoba mencari penjelasan.
Keduanya tertawa sambil melanjutkan perjalanan ke sekolah.
***
Siang saatnya pulang. Mimi berjalan
beriringan dengan Naia. Uno berjalan di depannya, sambil bercerita seru
membahas permainan di sekolah tadi bersama Radhi, Fathir dan Sapta. Uno
berjalan tanpa sepatu, sepatunya dijinjing dengan tangan kiri. Tangan
kanannya mengacung-acung ke depan ke belakang. Teman-temannya tertawa
melihat tingkah Uno. Apa lagi ketika tangan kirinya mulai ikut
beraksi. Sebuah kaos kaki terlempar. Mereka tertawa semakin keras.
Mimi yang melihat hal itu berseru, "Uno!"
Uno terdiam. Radhi, Fathir dan Sapta ikut terdiam. Mereka memandang ke arah Mimi.
"Itu lihat!" Mimi menunjuk sebelah kaos kaki yang terlempar ke jalan. Uno memungutnya.
"Kenapa sih, kamu harus lepas sepatu seperti itu?" tanya Mimi.
"Kan tadi Uno dan teman-teman
menunggu Mimi keluar kelas sambil main tanah. Ngga enak kalau pakai
sepatu. Nanti sepatunya juga jadi kotor. Makanya Uno lepas sepatu saja.
Tapi kalau mau dipakai, kaki Uno sekarang kotor. Jadi mending sepatunya
dijinjing aja..."
Mimi melihat ke arah Radhi, Fathir dan Sapta. Semua juga begitu. Telanjang kaki, dan sepatunya dijinjing.
"Tapi kaos kakimu jatuh, dan kamu
tidak tahu. Pantas saja, kaos kakimu banyak yang hilang. Coba kalian,
lihat apa kaos kakinya masih ada?" Mimi memeriksa sepatu teman-teman
Uno.
Kaos kaki Fathir dan Radhi masih ada. Tapi punya Sapta malah tidak ada dua-duanya.
"Wah, kayanya kaos kakiku ketinggalan di dekat ayunan!"
Mimi menggeleng-geleng. Sapta
berlari kembali ke sekolah mengambil kaos kakinya. Uno membenamkan kaos
kakinya lebih dalam ke sepatu, agar tidak jatuh ketika dibawa berjalan.
Setelah Sapta datang, mereka berjalan pulang.
"Makhluk luar angkasa di dalam mesin cuci, hah?" tanya Mimi kepada Uno. Uno tertawa.
"Hah? Apa? Makhluk luar angkasa di mesin cuci kalian? Ada? Apa yang dia lakukan?" tanya teman-teman Uno beruntun.
Uno mulai membual tentang makhluk
misterius yang suka mengambil sebelah kaos kaki yang tersangkut di mesin
cuci. Hanya kaos kaki yang sangat kotor, itu sebabnya mereka tidak suka
mengambil kaos kaki Mimi. Semua tertawa mendengar cerita Uno, sekaligus
mentertawakan Uno yang ternyata kaos kakinya panjang sebelah.
Mulai sekarang, Uno akan berhati-hati membawa kaos kakinya pulang, jika dia lepas ketika bermain sepulang sekolah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar