Sabtu, 11 Maret 2013
Anak-anak
memanggil Georgia sebagai “Si gemuk dari Selatan”. Tapi Georgia tidak
pernah menanggapi ledekan teman-temannya itu. Hingga suatu hari, ketika
teman sekolahnya yang bernama Will lupa membawa bekal dari rumah,
Georgia memberinya roti gandum dengan parutan keju dan mentega di
dalamnya.
Tetapi
Will malah marah dan berkata, “Aku tidak mau makan, makanan darimu!
Nanti aku akan berubah menjadi balon raksasa sepertimu!” ucapnya sambil
membuang roti gandum itu ke tanah, hingga rotinya menjadi kotor.
Georgia
sangat sedih mendapat perlakuan seperti itu, padahal dia berniat baik.
Tetapi yang membuatnya semakin sedih karena dia mendengar roti gandum
itu menangis.
“Roti gandum, kenapa kau menangis seperti itu? Suaramu sangat menyayat hati,” tanya Georgia pada roti gandum.
“Aku
sedih karena sekarang tubuhku kotor, tentu tidak ada yang mau memakanku
lagi. Padahal, kebahagiaan setiap makanan bila dimakan sampai tidak
bersisa,” jawab roti gandum dengan terisak-isak.
“Roti
gandum, jangan bersedih, aku akan memakanmu sampai habis,” janji
Georgia. Lalu dibersihkannya kotoran yang menempel pada roti gandum itu,
kemudian melahapnya.
Georgia
sering melihat teman-temannya menyisakan makanan, hingga Geogria selalu
mendengar mereka menangis. Georgia lalu mengumpulkan makanan-makanan
itu. Sebagian dimakannya, sebagaian ia berikan pada burung-burung,
kucing, atau binatang apapun disekitarnya yang terlihat kelaparan.
Karena itu para binatang sangat sayang pada Georgia.
Suatu
hari, pada pelajaran olahraga, Ibu Guru menyuruh anak-anak untuk
melakukan lompat atletik dengan melewati galah. Satu-satunya yang gagal
melewati galah hanyalah Georgia. Karena tubuhnya terlalu besar hingga
membuatnya sulit untuk meloncat. Melihat itu, teman-temannya malah
menertawakannya terbahak-bahak. Untuk pertama kalinya Georgia menyesali
keadaan dirinya.
“Ah,
andai aku memiliki tubuh yang kecil, tentu aku bisa terbang sebebas
burung. Mengelilingi negeri awan, dan bercanda dengan mentari.” Ucapnya
dalam hati.
Tapi
Georgia tidak bisa berhenti makan, tubuhnya masih saja terus bertambah
besar. Melihat itu, teman-temannya suka menjahili Georgia dengan
menyimpan cermin besar di meja belajarnya di sekolah. Setiap kali
Georgia melihat cermin itu, Ben, Will, dan Ricard akan meledeknya.
Kemudian Georgia akan menjerit dan menyesal setiap kali makan. Akhirnya,
Guru mereka, Irene, melerai Ben, Will, dan Ricard.
“Ben, Will, dan Ricard, kalian kemarilah,” ucap Guru Irene.
Ketika
Ben, Will, dan Ricard datang, diletakannya cermin besar di depan
mereka. Cermin itu adalah cermin yang biasa mereka simpan di meja
Georgia.
“Ben, Will, dan Ricard, apa yang kalian lihat di dalam cermin ketika Georgia bercermin di sana?” tanyanya lembut.
“Anak yang gemuk,” jawab Ben malu-malu.
“Georgia yang rakus,” jawab Will lantang.
“Rak … sasa,” jawab Ricard ragu-ragu.
“Hmmm … baiklah ... sekarang, apa yang kalian lihat ketika bercermin?” tanya Guru Irene lagi.
“Aku melihat diriku sendiri, Ben, dan juga Ricard,” jawab Will cepat.
“Aku juga sama Bu,” jawab Ben.
“Tentu saja hanya ada kami Bu,” jawab Ricard dengan suara pelan.
Ketiga anak itu nampak kebingungan dengan pertanyaan-pertanyaan Guru Irene. Apa maksud ibu guru mereka itu?
“Kenapa
aku hanya melihat tiga anak jahil yang suka menjahati temannya sendiri.
Mereka tampak seperti nenek sihir yang jahat,” ucap Guru Irene yang
membuat Ben, Will, dan Ricard menjadi tersipu-sipu malu.
“Jika
kalian hanya melihat tampilan luar seseorang saja, maka orang lain pun
akan melihat hal yang sama pada diri kalian. Jika kalian hanya melihat
kekurangan seseorang, maka orang lain pun akan selalu mencari kekurangan
kalian,” jelas Guru Irene.
Ben,
Will, dan Ricard mengerti maksud guru mereka. Mereka lalu mendatangi
Georgia dan meminta maaf padanya. Setelah itu, mereka tidak pernah
meledek Georgia lagi, juga tidak menyimpan cermin di mejanya. Tetapi
Georgia sudah terlanjur benci bercermin. Dia membuang semua cermin yang
dimilikinya, hingga dia tidak usah bercermin lagi.
Georgia
menjadi anak yang pemurung, dia selalu tampak bersedih. Hingga suatu
malam yang cerah, Georgia terbangun dari tidurnya. Dia mendengar banyak
suara yang memanggilnya.
“Georgia, bangunlah ….” Begitulah suara-suara itu memanggilnya
Ketika
dia membuka mata, terlihat olehnya banyak makanan tersenyum padanya,
mereka bersayap dan bisa terbang. Georgia bahagia sekali melihat mereka.
“Wow … aku bertemu para peri makanan,” pikirnya.
“Akhirnya kau bangun juga Georgia, kami sudah lama menunggumu,” ucap wortel bersayap dengan suaranya yang indah seperti lonceng.
“Kami sudah tidak sabar mengajakmu pergi,” ucap Roti bersayap sambil menggenggam tangan Georgia lembut.
“Kalian akan membawaku pergi ke mana?” tanya Georgia.
“Ke negeri awan,” jawab sosis terbang sambil tersenyum.
“Tapi aku tidak bisa terbang,” kata Georgia sedih.
Tiba-tiba dari langit masuklah remah-remah makanan yang terbang masuk ke
kamar Georgia lewat jendela. Mereka semua bercahaya dan nampak cantik.
Mereka lalu mengelilingi Georgia.
“Georgia … Georgia … ingatkah kamu pada kami? Kami adalah remah-remah
makanan sisa yang selalu kamu kumpulkan. Kami yang dibuang ini menjadi
berharga untukmu. Karena kebaikanmu, kami akan menghadiahkan sayap
untukmu, agar kamu bisa terbang,” ucap remah-remah makanan itu, mereka
lalu berubah menjadi sayap di punggung Georgia.
Georgia sangat bahagia, tubuhnya terasa sangat ringan dan kini dia bisa terbang. Georgia terbang berputar-putar sambil tertawa.
“Terimakasih, peri-peri makanan,” katanya.
“Georgia, sekarang kita berangkat ke negeri awan. Bukankah kamu sangat ingin pergi kesana?” tanya buah pisang terbang.
Mereka kemudian terbang ke negeri awan. Terbang jauh ke langit.
Iring-iringan nya terlihat seperti sekumpulan bintang yang bersinar
terang. Di negeri awan, mereka bermain bersama bintang dan bulan. Dan
kemudian, saat matahari datang sambil bernyanyi riang, sekumpulan
makanan terbang itu mengantar Georgia kembali ke rumah.
Sebelum pergi sekumpulan peri-peri makanan itu berkata, “Georgia,
berjanjilah untuk tidak bersedih lagi. Ketika kami bersedih, kamu selalu
berusaha membuat kami bahagia, karena itu, saat kamu bersedih, kami
ingin membuatmu bahagia. Ingatlah Georgia, kami selalu menyayangimu.”
Hari itu, Georgia sangat bahagia, karena dia tahu, saat dia tersenyum, teman-teman makanannya tentu ikut merasa senang.
Suatu hari, Georgia sakit dan tidak masuk sekolah. Ibunya membawa
Georgia ke dokter. Menurut dokter, Georgia terkena penyakit kegemukan.
Karena itu dia harus mengurangi porsi makannya. Georgia sedih sekali,
dia harus berpisah dengan kue-kue yang lezat itu, juga dengan burger dan
hotdog kesukaannya.
Sepulang dari dokter, ibunya sangat membatasi makanannya. Tapi
terkadang, saat ibunya tidak bisa mengawasinya, Georgia akan diam-diam
makan banyak. Hingga berat badannya tidak juga menurun, hal itu membuat
tubuh Georgia kian hari kian melemah.
Malam itu, sahabat-sahabat makanannya datang kembali. Tapi ada yang aneh
dengan mereka. Mereka semua menangis. Georgia sangat heran, dia lalu
bertanya.
“Kenapa kalian semua menangis? Adakah sesuatu yang buruk terjadi di negeri awan?”
“Georgia, kami sangat sedih … sangat sedih …,” ucap para peri makanan.
“Kenapa?” tanya Georgia lagi.
“Georgia, kami sangat ingin membuatmu bahagia. Tapi, karena kami, sekarang kamu malah sakit,” jelas peri makanan pisang.
“Iya, karena kami, badanmu semakin lemah,” kata peri makanan roti.
“Kenapa karena kalian aku sakit?” tanya Georgia tidak mengerti.
“Georgia, karena kamu makan terlalu banyak, kamu jatuh sakit,” jawab peri makanan wortel.
“Benar … benar,” sahut peri makanan lain.
“Georgia, makan itu baik, tetapi kita harus makan sesuai dengan
kebutuhan gizi kita. Segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik,”
kata peri makanan sosis.
“Berarti aku harus kurus ya?” tanya Georgia lagi.
“Georgia, kita tidak harus kurus, juga tidak harus gemuk. Tapi kita
harus sehat. Sehat itu tidak kurus juga tidak gemuk,” jawab peri makanan
pisang.
“Malam ini, kami tidak bisa menjadi sayapmu, karena badanmu terlalu
lemah untuk terbang,” ucap para peri remah makanan dengan wajah sendu.
“Georgia, memang kebahagiaan kami adalah ketika makanan tidak disisakan,
tapi kami lebih bahagia ketika kami bisa membuat tubuhmu sehat dan
kuat. Itulah arti kami sebenarnya di dalam tubuhmu,” tambah para peri
remah makanan.
“Georgia, maaf, kami tidak bisa menemuimu lagi …kami terlalu sedih. Maaf
Georgia … maaf Georgia …,” ucap para peri makanan sambil terbang
menjauh. Cahaya mereka terlihat semakin meredup.
Georgia sedih sekali, dia tidak ingin berpisah dengan teman-teman peri
makanannya. Paginya, Georgia sarapan secukupnya, dia tidak mengambil
makanan berlebihan. Begitupun ketika di sekolah. Bahkan ketika Ben
mengambil banyak makanan dan menyisakannya, Georgia lalu memarahi Ben.
Georgia, mengambil buku kesayangan Ben lalu membuangnya ke tempat
sampah. Ben kaget, lalu menangis.
“Ben, pernahkah kamu mendengar makanan menangis? Makanan akan sedih
ketika mereka di buang. Seperti Ben yang merasa sedih karena buku
kesayanganmu aku buang.”
Setelah itu Ben, tidak pernah menyisakan makanan lagi, malah dia selalu
mengingatkan teman-teman yang lain agar selalu menghabiskan makanannya.
i like fairy ^^
BalasHapusCASINO AT JAMUARY 2021 - J.M.H. Hub
BalasHapusJAMUARY 전주 출장안마 2021. CASINO AT 통영 출장샵 JAMUARY 2021. 안성 출장마사지 CASINO AT 문경 출장샵 JAMUARY 2021. CASINO AT JAMUARY 2021. CASINO 시흥 출장마사지 AT JAMUARY 2021. CASINO AT JAMUARY 2021. CASINO AT JAMUARY