Sabtu, 11 Maret 2013
Gambar diambil dari sini |
Uno bersandar di dekat jendela,
memandang ke luar. Hujan dari tadi malam tidak berhenti. Padahal ini hari
Minggu. Uno sudah mandi, sudah sarapan sup makaroni hangat buatan Ibu. Ayah
dan Ibu sedang pergi ke pesta pernikahan anak teman Ayah. Jadi Mimi dan Uno
berdua saja di rumah.
Harusnya hari libur begini bisa
asik main di luar. Main bola, main tanah, memanjat pohon. Apa saja. Uno ingin main hujan-hujanan. Tapi Ibu tidak
mengijinkan, karena kali ini hujan berpetir. Berbahaya kalau main di luar, bisa
tersambar petir.
Rasanya sudah berjam-jam Uno diam
di dekat jendela, ternyata jam baru berputar 30 menit!
“Aaaaaah.....!” Uno mengeluh
sambil menjatuhkan diri di sofa.
“Bosan bosan bosaaaaan....!” teriaknya.
“Uno berisiiik...” bisik Mimi
yang sedang membaca komik di dekatnya.
“Aku bosan Mimi... dari kemarin
hujan terus. Bengong jadinya. Mau ini nggak bisa mau itu nggak bisa...”
Mimi mengulurkan komik kepada
Uno. Uno menepiskan tangan, “Lagi ngga pengen baca komik.”
Mimi meletakkan komiknya, “Iya
nih, aku juga mulai bosen baca komik. Enaknya ngapain lagi ya...”
Sekarang keduanya berbaring di
karpet, berbantal tangan, memandang langit-langit rumah. Diam.
Tiba-tiba Uno merasa ada yang
menarik-narik jempol kakinya.
“Mimi jangan usil ah...” katanya
sambil mengibaskan kakinya.
“Apa sih? Aku nggak
ngapa-ngapain...”
Mimi dan Uno duduk dan melihat
seekor tikus kecil yang lucu. Anehnya, dia tidak merangkak seperti umumnya
tikus, dia berdiri seperti manusia. Kaki depannya jadi terlihat seperti tangan.
Tangan kanannya bertolak pinggang, tangannya kirinya melambai kecil, memberi
tanda kepada Mimi dan Uno untuk mengikutinya.
Mimi dan Uno bangkit perlahan
mengikuti tikus kecil itu. Dia berjalan
ke arah kamar Uno. Uno membukakan pintu, lalu bertiga mereka masuk ke dalam kamar. Si tikus menunjuk
handuk yang tergeletak di lantai. Uno mengambilnya. Tikus itu lalu menunjuk
sepatu Uno yang tergeletak di kasur, hanya sebelah. Uno mengambilnya. “Hm...
yang sebelah lagi ke mana ya?” pikirnya. Si Tikus melompat ke sana ke mari,
menunjukkan berbagai benda yang tergeletak tidak pada tempatnya. Mobil-mobilan
di kolong meja. Kotak susu yang sudah kosong di kolong kasur. Gelas. Mangkok.
Baju seragam kemarin. Buku pelajaran. Semua tersebar di segala penjuru kamar.
Tangan Uno sudah tak bisa lagi
memegang semuanya. Dia letakkan semua di tengah kamar.
“Ah... aku mau bereskan semua
barang-barang tak beraturan ini...” katanya.
Si Tikus lalu memberi tanda
kepada Mimi untuk mengikutinya. “Kamarku rapi, mau apa tikus ini di kamarku?” pikir Mimi.
Ternyata Si Tikus tidak menuju
kamar Mimi, dia malah menuju ke dapur! Dia melompat ke rak dekat jendela, di
situ Ibu menyimpan beberapa buku resep praktis. Si Tikus menunjuk satu buku,
Mimi mengambilnya. “Membuat Aneka Kue
untuk Pemula.”
Mimi duduk di kursi dan mulai
membuka-buka. Hm... membuat kue keping coklat sepertinya mudah. Mimi membuka
lemari dapur dan mencari-cari yang dibutuhkan. Tepung terigu... bubuk coklat...
mentega... gula... Hm... telur dan keping coklat ada atau tidak ya?
Mimi membuka kulkas dan menemukan
yang dicarinya. Dia melirik ke Si Tikus yang berdiri bersandar di kusen jendela
sambil melipat tangan. Matanya mengerling ke arah Mimi. Mimi tersenyum dan
mulai mengambil peralatan untuk membuat kue.
***
Hari sudah sore. Hujan sudah
berhenti. Tapi Mimi dan Uno sedang tidak ingin keluar. Mereka duduk di kamar
Uno yang rapi, sambil menikmati kue bikinan Mimi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar