Sepatu Tua milik Caca termenung.
Sedih sekali dia. Caca sudah tak mau lagi memakainya. Yah, mau bagaimana
lagi. Kulitnya sudah mengelupas di sana sini. Pun Caca sudah punya
sepasang sepatu yang baru berwarna ungu yang cantik sekali. Sekarang si
Sepatu Tua ini teronggok begitu saja di tempat sampah.
Tiba-tiba dari kejauhan, dia melihat
seorang pemulung sedang mengais-ngais tempat sampah. Hatinya menjadi
cerah. Dia berharap si Pemulung akan mengambilnya. Dan ternyata memang
benar, si Pemulung mengambilnya lalu membawanya pergi.
Mereka tiba di sepetak rumah kardus tak jauh dari tempat tinggal Caca. Si Sepatu Tua diletakkan di samping rumah begitu saja.
Hari berganti hari. Si Sepatu Tua
masih tetap berada di samping rumah kardus. Dia masih menunggu apa yang
akan terjadi dengan dirinya. Tapi tak urung, rasa putus asa mulai datang
menghampirinya.
Suatu hari, dia melihat seekor tikus
kecil menggigil kedinginan karena hari itu hujan. Si Sepatu Tua pun
bertanya, "Hai, Tikus Kecil. Mari kemarilah. Apakah kamu kedinginan?"
"Brrrrrr... Iya. Hujan terus sepanjang hari ini. Dingin sekali," jawab si Tikus Kecil.
"Kemarilah, masuklah kemari, Tikus Kecil."
Si Tikus Kecil pun segera masuk ke
dalam tubuh sepatu tua. Dengan segera, rasa hangat dan nyaman pun
menyelimutinya. "Waaaaahhh... Nyaman sekali. Terima kasih. Kamu baik.
Dari tadi aku mencari tempat berlindung. Tapi kelihatannya semua tempat
sudah ada yang punya."
"Lho, memang di mana keluargamu?" tanya Sepatu Tua.
"Aku sebatang kara, Sepatu. Aku tak punya siapa-siapa, juga tak punya tempat tinggal."
"Kasihan sekali kamu. Kalau begitu, maukah kamu tinggal bersamaku dan menjadi temanku?" tanya Sepatu Tua.
"Aduh, terima kasih! Aku mau sekali. Kamu benar-benar baik. Aku senang sekali tinggal bersamamu," kata si Tikus Kecil.
Sejak saat itu, Tikus Kecil menjadi
sahabat Sepatu Tua dan tinggal bersama. Kini si Sepatu Tua sangat
bahagia dan tidak kesepian lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar