Penulis: David Solafide (Alm) dan Tytiek Widyantari |Editor: Edi Kusumawati
“Sembrani? Kamu ingin menjadi sembrani si kuda terbang?” tanya
Pipit heran. Pipit ingin tertawa mengetahui keinginan Poni. Mustahil
bagi seekor kuda Poni untuk menjadi seekor sembrani atau kuda terbang.
Melihat wajah Poni yang sangat serius, Pipit berusaha menahan tawa.
“Kamu juga tidak setuju kalau aku menjadi sembrani?” tanya Poni.
“Bukan setuju atau tidak,” jawab Pipit. “Tetapi, aku ingin tahu kenapa kamu sangat ingin menjadi sembrani?”
“Supaya aku bisa menolong banyak orang. Aku ingin menjadi berguna
bagi orang lain. Aku akan sangat bahagia jika aku bisa menolong banyak
orang. Kalau aku bisa terbang seperti sembrani, akan lebih mudah bagiku
untuk menolong orang.” jawab Poni.
“Mulia juga keinginanmu itu.” kata Pipit, si burung kecil. “Tetapi,
untuk menjadi seekor sembrani bukan hal yang mudah, bahkan mustahil
menurutku. Bagaimana kalau kita menemui Kakek Rungtu, mungkin beliau
bisa memberi petunjuk.”
Poni menyetujui usul Pipit, sahabatnya. Kakek Rungtu adalah seekor
burung hantu yang terkenal sangat arif dan bijaksana. Poni dan Pipit
pergi untuk menemui Kakek Rungtu yang tinggal di tepi hutan.
Burung hantu yang bijaksana itu menanyakan alasan Poni dan Pipit
datang ke tempat tinggalnya. Poni menjelaskan keinginannya untuk menjadi
kuda terbang supaya dia bisa menolong banyak orang.
“Niatmu itu sungguh baik,” kata Kakek Rungtu kepada Poni. “Hanya
ada satu cara agar kamu bisa menjadi sembrani, si kuda terbang. Apakah
kamu sanggup melakukannya?” tanya Kakek Rungtu.
“Aku sanggup, Kek. Bagaimanakah cara untuk menjadi sembrani itu?” jawab Poni bersemangat.
“Hmm,” kakek Rungtu berdiam sejenak. Pipit yang sedari tadi hanya
menjadi pendengar, kini menjadi gelisah. Dia kuatir syarat untuk menjadi
sembrani akan sangat berat sehingga Poni, sahabatnya itu, tidak kuat
menjalaninya. Sahabatnya akan menjadi kecewa dan putus asa.
“Begini,” kakek Rungtu membuka suara. “Seekor kuda poni akan bisa
menjadi seekor sembrani si kuda terbang jika dia melakukan seribu
perbuatan baik tanpa mengeluh atau mengomel. Apakah kamu sanggup?”
“Sanggup! Aku sanggup melakukan seribu perbuatan baik!” jawab Poni.
“Tanpa mengeluh atau mengomel!” tambah kakek Rungtu.
Sepulang dari tempat kediaman Kakek Rungtu, Poni melihat seorang
petani yang tidak bisa membajak sawahnya karena sapinya sakit. Poni
mendekati sang petani dan menawarkan bantuan. Petani itu sangat senang.
Poni menarik bajak petani itu. Mereka membajak sawah itu hingga selesai.
“Terima kasih, Poni. Hari ini kamu sudah sangat membantu.” kata sang petani.
Poni merasa senang karena dia telah melakukan satu perbuatan baik,
tanpa mengomel atau mengeluh. Keesokan harinya, Poni menolong seorang
ibu tua menyeberangi sungai. Ibu itu sangat berterima kasih kepadanya.
“Apa yang bisa aku berikan sebagai ucapan terima kasihku?” tanya ibu tua itu.
“Poni ingin menjadi sembrani. Doakan ya agar keinginannya bisa
tercapai,” jawab Pipit yang selalu setia menemani Poni kemanapun dia
pergi.
“Baiklah,” jawab ibu tua. “Semoga Yang Kuasa mengabulkan keinginanmu.”
Berita tentang Poni yang ingin menjadi sembrani itu menyebar ke
seluruh desa dan ke desa-desa sekitarnya. Setiap kali Poni menolong
seseorang, orang itu selalu mendoakan agar keinginan Poni dikabulkan
oleh Yang Kuasa. Poni merasa bahagia karena dia bisa menolong banyak
orang.
Poni menghitung seberapa banyak perbuatan baik yang dia telah
lakukan. Lama kelamaan Poni menjadi lupa dan malas untuk menghitungnya.
Dia merasa sangat berbahagia karena dia bisa berguna bagi orang lain.
Dia tidak perduli lagi seberapa banyak perbuatan baik yang telah dia
lakukan. Dia tidak perduli lagi apakah dia seekor kuda poni biasa
ataukah dia seekor kuda terbang. Dia tidak perduli lagi dengan
keinginannya untuk menjadi seekor sembrani.
***
Pesan moral:
Untuk bisa berguna bagi orang lain, seseorang tidak perlu menunggu
sampai dia menjadi seorang ‘manusia super’. Kita bisa berguna bagi orang
lain dengan apa adanya kita.
ada yang lain gak kak ceritanya seru banget soalnya
BalasHapusBagus bngett
BalasHapus